|
|
|
|
|
|
Apa jadinya bila anak baru gede atau ABG yang dalam masa puber
diberi ponsel canggih? Sepertinya, inilah salah satu ancaman
yang harus dikhawatirkan para orangtua.
Menurut survei baru lembaga penelitian Pew untuk bidang internet
dan gaya hidup, sekitar 15 persen remaja di Amerika Serikat
setidaknya pernah menerima foto bugil atau semi-bugil dari
temannya melalui ponsel atau dikenal dengan istilah "sexting" (dari
"texting" atau SMS).
Survei terhadap 800 remaja (usia 12 hingga 17 tahun) yang
diambil dari seluruh AS ini menyatakan bahwa 4 persen remaja
justru merupakan sumber dari sexting.
Soal sexting ini, para perempuan ABG dilaporan tak ada bedanya
dengan anak laki-laki. Adapun remaja lebih tua, yang sudah
membayar tagihan ponsel sendiri, dilaporkan cenderung lebih
nakal dalam perilaku sexting.
Mata uang hubungan
Dari survei ini terungkap, sejumlah remaja mengaku bahwa sexting
dijadikan semacam "mata uang" dalam menjalin hubungan.
"Foto-foto ini bisa menggantikan hubungan intim atau juga
melengkapinya, atau bisa menjadi cara memulai dan menjaga
hubungan berpacaran. Foto-foto ini juga disebarkan ke
teman-teman sebagai hiburan, entah untuk berkelakar atau sekadar
lucu saja," ungkap Amanda Lenhart, pakar riset senior dari Pew.
Untuk sejumlah remaja, sexting sudah menjadi hal yang biasa
dalam gaya berpacaran di Amerika. Memberi bunga sudah
ketinggalan zaman. Sebagian remaja pria mengirim foto bugilnya
atau foto "adik kecil"-nya ke pacarnya.
"Kira-kira bisa 10 foto dalam sebulan," kata seorang siswi SMA.
Survei juga menunjukkan bahwa dugaan terburuk yang ditakuti para
orangtua bisa dilihat dari pernyataan siswi SMA ini, "Kadang
kalau lagi ribut dengan mantan, bisa-bisa foto bugil dipakai
untuk memeras...."
Selain itu, sebagian remaja mengaku merasa mendapat tekanan
untuk ikut-ikutan mengirim foto bugil dirinya sendiri.
Pendapat para remaja mengenai sexting ini pun bermacam-macam.
Ada yang menganggapnya sebagai alternatif terbaik daripada
berhubungan seks, dan ada juga yang khawatir bahwa hal ini
melanggar hukum dan takut fotonya tersebar.
Solusi?
Jadi apa solusi bagi para orangtua? Marilyn Maxwell, dokter anak
dari Universitas Saint Louis, terpisah dari survei Pew,
mengatakan bahwa kuncinya adalah komunikasi antara orangtua dan
anak.
"Kadang orangtua takut mengatakan harapan mereka kepada
anak-anak karena mereka merasa munafik. Mungkin di masa mudanya,
mereka pun nakal." Maxwell juga kini ikut sumbang pendapat dalam
buku Pertanyaan Anak-anak tentang Seks: Jawaban Jujur untuk Usia
Berapapun.
Nasehat Maxwell: jangan merasa munafik. "Anda harus bisa
mengalahkan perasaan munafik itu karena Anda ingin yang terbaik
untuk anak-anak Anda."
Orangtua juga wajib memberi aturan main sebelum memberi ponsel
kepada anak-anak. "Orangtua harus menyatakan kepada anak-anaknya
dari awal bahwa mereka berhak membaca SMS, e-mail, atau
komunikasi elektronis apa pun yang mencurigakan yang dilakukan
anak-anak mereka." Akhirnya, bila anak-anak memang sudah dewasa,
maka cara menjaga mereka ini bisa dilonggarkan.
"Memang, anak remaja tak perlu sampai disuapi. Namun, kehadiran
Anda sangat diperlukan."
Sumber :
www.kompas.com |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|